GASTRONOMY

KRoMA

6:00:00 PM

Jadi, ada satu lagi coffee shop baru di daerah Gandaria. Namanya KROMA. Sebenernya sih brand KROMA itu sendiri udah ada awalnya dari brand laptop case buat Macbook gitu. Dan yang punya ini nggak lain dan nggak bukan adalah senior saya di kampus yang hobi nya berantem mulu sama saya, namanya Evelyn Gasman (tapi saya manggilnya sih Epeh, ya) dan pacarnya. Agak kaget juga sih yang berawal dari laptop case, malah massive upgrade jadi coffee shop begini. Which is a good news, though.


Yang pengen saya bahas dari KROMA ini tuh sebenernya dari tempatnya, sih. Tempatnya ini unik. Di container gitu. Dan since pacarnya Epeh ini lulusan Arsitektur, then the magic happens. Langsung aja datang buat lihat gimana bentuk cafe nya. Although sebetulnya tempatnya (lumayan) kecil untuk dibilang cafe, sih. Tapi somehow I feel the coziness juga kalau lagi nggak rame, since I'm a fan of a not-so-crowded coffee shop as well.

But even though I spent lots of times in coffee shop, technically I don't do coffee at all. Lambung saya terlalu cupu untuk secangkir kopi, soalnya. So instead of coffee, I do lots of tea. Paling banter Latte. Nah kalau disini, saya dibuat jatuh cinta sama Red Velvet Latte nya. Rasanya udah. Pas. Gitu aja. Nggak terlalu manis, dan nggak terlalu pahit juga. Terus juga, karena saya orangnya agak nomadic dalam perkara menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan saya, one good wifi on a cafe is a plus for me. And here, the wifi speed is unquestionable as well.

-

KROMA
2nd Floor Container No. 57A, Jl. Gandaria I, DKI Jakarta, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12130.
Instagram: @kroma.id

GASTRONOMY

Kopi Manyar

12:30:00 AM


"Maaf Mas, kalau udah selesai nanti gelasnya tolong dirapikan, ya. Disini self service soalnya", kalimat dari seorang barista yang membangunkan mood saya pagi itu, sambil mikir, "I think I'm gonna love this place."

Sebenernya udah pengen ke Kopi Manyar karena emang deket banget dengan rumah dan tempat kerja saya. Alamatnya pun udah tau. Tapi permasalahannya adalah, ini coffee shop tapi nggak kaya coffee shop. Nggak ada signage atau apa. Mau tahu kenapa? Silakan tanya langsung Pak Andra Matin. Karena saya sendiri pun nggak tau kenapa (nggak ngejawab, ya?)

Iya, jadi tempatnya itu emang beneran kaya rumah biasa. Like, nothing extraordinary from the outside. Tapi pas masuk, wow. It's a huge wow like I stares every corners of it. Emang otaknya Pak Andra Matin ini unquestionable. Keren banget interior nya yang di dominasi kayu & warna putih. Very neat, minimal yet very sleek.



Pertama kali kesini saya karena nganter teman kerja untuk take away hot latte. Nah dari temen kerja saya ini akhirnya baru tau deh letak persis nya. Lalu untuk yang ke dua, saya pergi sama gym bro saya, Indra. Tapi karena sudah agak malam, saya cuma pesan Iced Tea aja. Lanjut saya buka laptop saya sambil kerja, dan Indra saya kacangin sebentar. Oh ya untuk harganya, standar harga coffee shop, I had one nice Green Tea Latte for IDR 34.5. Pretty cool.

Lalu setelah saya selesai kirim email kesana-sini, kami beranjak ke bawah cafe yang ternyata ada pameran rumah Pak Andra Matin. Jadi seperti pameran maket rumah yang pernah Pak Andra kerjakan selama ini. Dan lagi, di dominasi warna putih. Everything's are so neat. I wonder if I could live in one of those masterpieces.

--

kopi manyar
Jalan Bintaro Tengah Blok O2 No. 14, Pesanggrahan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12330
Instagram: @kopimanyar

EVENT

Bintang Jatuh Hingga Embun Pagi

6:30:00 PM

"Awalnya Supernova ini adalah hadiah dari Dee dewasa kepada Dee kecil, karena Dee kecil sempat punya impian untuk melihat buku ciptaannya ada di toko buku. Saya ingin mewujudkan keinginan Dee kecil."

Sebetulnya pas tau akan ada event tentang serial Supernova yang terakhir Intelegensi Embun Pagi ini, saya sebenernya pasrah aja karena saya nggak bisa ngebayangin betapa panjang antrian on the spot nya. Tetapi karena satu dan lain hal, ternyata saya dikasih kesempatan untuk menghadiri acara yang bertajuk 15 Tahun Supernova: Bintang Jatuh Hingga Embun Pagi di Galeri Indonesia Kaya.


Konsep acaranya tuh lebih mengarah ke semacam "napak tilas" serial Supernova sendiri yang dimulai dari tahun 2001. Dan sejujurnya kalo nggak dateng ke event ini pun saya nggak akan tahu fakta-fakta menarik dibalik serial Supernova itu sendiri. Seperti contohnya pas mau launching Kesatria, Putri, Bintang Jatuh (KPBJ) pas tahun 2001. Ceritanya waktu itu Dee ke penerbit, dan ngumpulin uang sendiri untuk biaya percetakan. Lalu Dee pun bertanya, "Saya punya uang sekian, kira-kira bisa cetak berapa banyak, ya?" Lalu orang percetakan nya bilang, "Ya, kira-kira 5000 buku". Lalu tercetak lah buku KPBJ sebanyak 5000 eksemplar. Abis itu, kenalannya Dee (saya lupa entah itu publicist nya atau apanyaaaa gitu) bilang, "Hah, cetak 5000 buku? Penulis best seller (pada era 2001) aja maksimal 3000 eksemplar per tahun!". Nah loh. Terus buku sebanyak itu mau diapain, dong? Akhirnya yaudah, dibagi-bagiin ke wartawan. Sama dibikin KPBJ versi murahnya. Waktu itu harganya Rp.17.500,- saja.



Lalu juga, ada video taping tentang orang-orang yang menginspirasi Dee dalam setiap novel nya. Dan saya cukup shock ketika saya bisa melihat darimana inspirasi sosok Bodhi itu berasal. Saya sampai betul-betul nggak sempat ingat namanya dan saya langsung nggak fokus ketika saya harus mengabadikan sosok inspirasi Bodhi ini dari big screen di Galeri Indonesia kaya. It's truly because Bodhi is my favourite character. Dan dengan melihat orang ini, saya merasa sosok Bodhi itu begitu hidup. Dan saya terdiam beberapa saat di momen itu.

Kembali ke acara utama, acaranya diisi dengan pembacaan narasi singkat setiap buku dilanjutkan dengan lagu yang masih sinkron dengan narasi singkat. Seperti setelah narasi singkat Partikel dibacakan, Dee melantunkan lagu "Ayah", sesuai dengan narasi singkat Partikel yang membahas hubungan Zarah dan Ayahnya. Pembacaan narasi dibacakan oleh Chicco Jericho, Joko Anwar, Amanda Zevannya, Dinda Kanya Dewi dan Dee sendiri. Lalu ada Arina Moka, Reza Gunawan dan lainnya sebagai pengisi musiknya. Keren banget! Tim musikal nya Mas Reza, 2 orang rekannya bagus banget. Dan ini kali ke-dua saya menonton penampilan live kolaborasi suami istri ini, dan masih tetap suka banget dengan cara mempresentasikan musik mereka. Adem banget.



Terus juga di ruang pameran Galeri Indonesia Kaya, juga dibuat pameran kecil tentang Supernova itu sendiri. Ada manuskrip original dari Supernova KPBJ sampai Gelombang, ada cetakan pertama dari masing-masing buku. Dan ada laptop yang digunakan Dee ketika Dee menulis novel-novel nya. Dari jaman laptop nya tebel, lalu transformasi ke iBook, sampai Macbook Air. Dan ada juga pemetaan cerita di setiap buku yang digantung di pojok pameran mini tersebut.

Jadi ya... Begitu. Ada baiknya jika sebuah awal memiliki akhir; begitu kata Dee. Supernova ini pun ditutup, tetapi kemungkinan ceritanya berkembang pun masih bisa banget. Karena katanya, ending di IEP ini pun masih bisa dikembangkan sesuai imajinasi. Tapi karena sampai review ini saya tulis pun saya belum menyelesaikan bukunya; but soon I will. Jadi semoga buku ini menjadi kejutan sendiri untuk saya nantinya.